Monday, October 30, 2017

ETIKA PROFESI AKUNTANSI (PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS)



PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS

Pengertian etika bisnis
Etika bisnis sebagai suatu usaha untuk mempraktikan alat dan konsep-konsep yang dikembangkan oleh ahli filsafat untuk memisahkan antara benar dan salah, serta hal-hal yang diinginkan dari yang tidak diinginkan oleh dunia corporate etika bisnis mengkaji bisnis dari sudut pandang etika. (Kamel Mellahi dan Geoffrey Wood, 2003:4)
Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima. Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung. (Irham Fahmi, 2013).
Etika bisnis dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan pengetrapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis. (Muslich, 2004: 9).
Etika bisnis adalah perwujudan dari serangkaian prinsip-prinsip etika normatif ke dalam perilaku bisnis. Dalam hal ini etika bisnis berperan sebagai pedoman dalam menentukan benar tidaknya suatu tindakan yang dilakukan korporasi dalam menjalankan bisnisnya. Ada beberapa alasan mendasar tentang perlunya bisnis dijalankan secara etis (Lawrence dan Weber, 2008).
Prinsip-Prinsip Etika dan Perilaku Bisnis
Menurut pendapat Michael Josephson dalam Pandji (2007:1225), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
1.      Kejujuran
2.      Integritas
3.      Memelihara janji
4.      Kesetiaan
5.      Kewajaran / keadilan
6.      Suka membantu orang lain
7.      Hormat kepada orang lain
8.      Kewarganegaraan yang bertanggungjawab
9.      Mengejar keunggulan
10.  Dapat di pertanggungjawabkan
Sementara Sonny Keraf dalam Sorta (2008:18) menyebutkan bahwa secara umum ada lima prinsip etika bisnis, yaitu :
1.      Prinsip Otonomi
2.      Prisip Kejujuran
3.      Prisip Keadilan
4.      Prinsip Saling Menguntungkan, dan
5.      Prinsip Integritas Moral.

Sekilas tentang Etika Perilaku
            Pernyataan bahwa good business is ethical business merupakan hal menarik yang perlu dipertimbangkan oleh parapelaku bisnis. Perilaku pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh nilai moral yang dimiliki oleh masing-masing individu. Nilai moral merupakan landasan perilaku bagi seseorang, sehingga seseorang akan bertindak sesuai etika atau sangat dipengaruhi oleh nilai moral yang diyakininya. Dalam beberapa hal, etika dan moral sering dianggap memiliki kedudukan yang sejajar, dimana orang yang beretika pasti bermoral, dan sebaliknya. Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar mengenai ajaran moral (Suseno, 1987).
            Etika menuntut agar seseorang melakukan ajaran moral tertentu karena ia sadar bahwa hal itu memang bermanfaat dan baik bagi dirinya dan orang lain (Keraf, 1998).
            Perilaku pelaku bisnis perlu mendapat perhatian yang cukup serius untuk menghindari praktik bisnis yang tidak beretika. Sebagai ilustrasi adalah masyarakat masih memandang bahwa bisnis adalah bisnis dimana sangat dimungkinkan untuk melakukan tindakan kurang terpuji untuk mencapai tujuan bisnis, misalnya melakukan penyuapan untuk mendapat izin usaha, melakukan praktik kecurangan dalam produksi maupun melakukan manipulasi pemasaran dengan anggapan bahwa bisnis tidak ada hubungannya dengan etika atau moralitas, dan moralitas hanya dianggap sebagai mitos dalam bisnis (George, 1999). Karena itu, etika bisnis harus menjadi dasar bagi perilaku pelaku bisnis, meskipun perlu dilakukan upaya sistematis seperti menyusun kode etik perusahaan, untuk meningkatkan kredibilitas dan menunjukan tanggung jawab sosialnya.
Etika Perilaku Produsen
            Produsen wajib mengembangkan tanggung jawab bisnis berupa penyediaan produk yang aman bagi konsumen. Kewajiban ini juga dikenal dengan istilah product liability (Bertens, 2000). Karena itu transformasi tujuan produksi berdasarkan norma perilaku sangat penting dilakukan dan menganggap bahwa maksimalisasi laba bukan merupakan satu-satunya motif maupun motif utama kegiatan produksi (Siddiqi, 1996). Motivasi dan etika perilaku produsen sebaiknya didasarkan pada tujuan untuk memperhatikan kepentingan masyarakat, dengan memproduksi kebutuhan dasar masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan melakukan efisiensi produksi agar tersedia barang-barang kebutuhan utama dengan harga terjangkau.
            Secara filosofi, aktivitas produksi (Muhammad, 2013), meliputi :
1.      Produk apa yang dibuat
2.      Berapa kuantitas produk yang dibuat
3.      Mengapa produk tersebut dibuat
4.      Dimana produk tersebut dibuat
5.      Kapan produk dibuat
6.      Siapa yang membuat
7.      Bagaimana memproduksinya
Aktivitas produksi harus memiliki kejelasan terhadap ketujuh hal tersebut dan memperhatikan etika produksi sebagai pedoman dalam menjawab ketujuh aktivitas tersebut. Misalnya, tempat produksi, apakah sudah memiliki perizinan sesuai norma hukum yang mengatur, apakah proses produksi sudah sesuai dangan standar yang berlaku.
Hal lain yang tidak kalah penting bagi produsen dalam berperilaku bisnis, hendaknya melakukan pemanfaatan teknologi secara bijaksana, meemegang teguh etika sehingga mampu menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam situasi perkembangan dan pergeseran selera konsumennya. Hal ini penting agar produsen terhindar dari perilaku negatif.
Etika Perilaku Suplier
            Pembahasan SCM dianggap penting dalam membahas tentang etika perilaku pemasok karenaSCM merupakan konsep ideal penanganan bahan baku serta profesionalitas hubungan antar pemasok dan produsen. Semakin baik SCM, biasanya para pihak yang terhubung merupakan pihak yang teguh dalam memegang komitmen bisnis. Adapun komponen dari supply chain management terdiri dari (Turban, 2014)
1.      Upstream Supply Chain
Meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan penyaluran serta hubungan mereka kepada para penyalur.
2.      Internal Supply Chain
Meliputi semua proses in-house yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu.
3.      Downstream Supply Chain
Meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir.
Tujuan penerapan supply chain sebagai bentuk komitmen profesionalitas dari pelaku bisnis agar bisa memenangkan persaingan adalah bisa menyediakan produk dengan kriteria murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi (Pujawan, 2005).
Tarigan (2009) menyatakan bahwa setiap penerimaan pasokan mempunyai standar etis yang wajib dipatuhi oleh para pemasok, di antaranya:
1.      Penghormatan terhadap HAM
2.      Menghindari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
3.      Mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4.      Mengutamakan keamanan dan keselamatan, memiliki standar auditor terhadap barang dan sumber daya
5.      Menjaga rahasia dan menghormati Hak    Kekayaan Intelektual
6.      Menjaga kualitas barang
Etika Perilaku Investor dan Pemegang Saham
            Sebagai salah satu bentuk representasi investasi etis, perusahaan yang termasuk kedalam index JIII sebenarnya tidak secara eksklusif merupakan perusahaan yang berbentuk syariah, namun memenuhi kriteria yang disyaratkan. Syarat-syarat tersebut dianggap merupakan representasi etis karena sesuai dengan teori etika religius, etika yang bersumber dari ajaran agama merupakan salah satu bentuk kebenaran mutlak karena bersumber langsung dari Tuhan.
Etika Perilaku Pemilik Perusahaan
            Salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh pemilik perusahaan adalah etika terhadap karyawan. Adapun tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan (Ronald J. Ebert, 2006) :
1.      Komitmen hukum dan sosial
Perilaku tanggung jawab secara sosial terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial.
2.      Komitmen etis
Menghargai karyawan sebagai manusia juga berarti menghargai perilaku mereka sebagai individu yang bertanggungjawab secara etis.
Etika Perilaku Karyawan
            Perilaku etis dapat menentukan karyawan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam bentuk perilaku. Faktor-faktor tersebut adalah :
1.      Pengaruh budaya organisasi
Budaya organisasi merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi lain.
2.      Kondisi politik
Kondisi politik merupakan rangkaian atas atau prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
3.      Perekonomian global
Perekonomian global merupakan kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Sebagian besar perusahaan memiliki kode etik untuk mendorong para karyawan berperilaku secara etis. Namun, kode etik saja belum cukup sehingga pihak pemilik dan manajer perusahaan harus menetapkan standar etika yang tinggi agar tercipta lingkungan pengendalian yang efektif dan efisien. Pendekatan paling umum untuk membentuk komitmen manajemen puncak terhadap praktik bisnis yang etis, (Ronald J. Ebert, 2006) adalah :
1.      Menerapkan kode etik tertulis
Banyak perusahaan menuliskan kode etik tertulis yang secara formal menyatakan keinginan mereka melakukan bisnis dengan perilaku yang etis.
2.      Memberlakukan progam etika
Tanggapan etis dapat dipelajari berdasarkan pengalaman.

Sumber :
Anoraga,Panji. 2011. PENGANTAR BISNIS Pengelolaan dalam Era Globalisasi. Jakarta : Rineka
Ardiansyah, Panji. 2017. ETIKA BISNIS Bagaimana Membangun Bisnis yang Beretika. Yogyakarta : Quadrant
Drs. Danang Sunyoto, S.H., S.E.,M.M dan Wika Harisa Putri, S.E.,S.H.,M.Sc.,M.E.I. 2016. Etika Bisnis.  Yogyakarta : GAPS
Fahmi, Irham. 2013. ETIKA BISNIS Teori, Kasus, dan Solusi. Cetakan Kedua. ALFABETA, cv


No comments:

Post a Comment