PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS
Pengertian
etika bisnis
Etika
bisnis sebagai suatu usaha untuk mempraktikan alat dan konsep-konsep yang
dikembangkan oleh ahli filsafat untuk memisahkan antara benar dan salah, serta
hal-hal yang diinginkan dari yang tidak diinginkan oleh dunia corporate etika bisnis mengkaji bisnis
dari sudut pandang etika. (Kamel Mellahi
dan Geoffrey Wood, 2003:4)
Etika
bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan
tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari
aturan tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis
melanggar aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima. Dimana sangsi
tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung. (Irham Fahmi, 2013).
Etika bisnis dapat diartikan sebagai
pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara
ekonomi/sosial, dan pengetrapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan
tujuan kegiatan bisnis. (Muslich, 2004:
9).
Etika bisnis adalah
perwujudan dari serangkaian prinsip-prinsip etika normatif ke dalam perilaku
bisnis. Dalam hal ini etika bisnis berperan sebagai pedoman dalam menentukan
benar tidaknya suatu tindakan yang dilakukan korporasi dalam menjalankan
bisnisnya. Ada beberapa alasan mendasar tentang perlunya bisnis dijalankan
secara etis (Lawrence dan Weber, 2008).
Prinsip-Prinsip
Etika dan Perilaku Bisnis
Menurut pendapat Michael Josephson dalam
Pandji (2007:1225), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu :
1.
Kejujuran
2.
Integritas
3.
Memelihara janji
4.
Kesetiaan
5.
Kewajaran / keadilan
6.
Suka membantu orang lain
7.
Hormat kepada orang lain
8.
Kewarganegaraan yang bertanggungjawab
9.
Mengejar keunggulan
10.
Dapat di pertanggungjawabkan
Sementara
Sonny Keraf dalam Sorta (2008:18) menyebutkan bahwa secara umum ada lima prinsip
etika bisnis, yaitu :
1.
Prinsip Otonomi
2.
Prisip Kejujuran
3.
Prisip Keadilan
4.
Prinsip Saling Menguntungkan, dan
5.
Prinsip Integritas Moral.
Sekilas
tentang Etika Perilaku
Pernyataan
bahwa good business is ethical business merupakan
hal menarik yang perlu dipertimbangkan oleh parapelaku bisnis. Perilaku pelaku
bisnis sangat dipengaruhi oleh nilai moral yang dimiliki oleh masing-masing
individu. Nilai moral merupakan landasan perilaku bagi seseorang, sehingga
seseorang akan bertindak sesuai etika atau sangat dipengaruhi oleh nilai moral
yang diyakininya. Dalam beberapa hal, etika dan moral sering dianggap memiliki
kedudukan yang sejajar, dimana orang yang beretika pasti bermoral, dan
sebaliknya. Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar mengenai ajaran moral
(Suseno, 1987).
Etika
menuntut agar seseorang melakukan ajaran moral tertentu karena ia sadar bahwa
hal itu memang bermanfaat dan baik bagi dirinya dan orang lain (Keraf, 1998).
Perilaku
pelaku bisnis perlu mendapat perhatian yang cukup serius untuk menghindari
praktik bisnis yang tidak beretika. Sebagai ilustrasi adalah masyarakat masih
memandang bahwa bisnis adalah bisnis dimana sangat dimungkinkan untuk melakukan
tindakan kurang terpuji untuk mencapai tujuan bisnis, misalnya melakukan
penyuapan untuk mendapat izin usaha, melakukan praktik kecurangan dalam
produksi maupun melakukan manipulasi pemasaran dengan anggapan bahwa bisnis
tidak ada hubungannya dengan etika atau moralitas, dan moralitas hanya dianggap
sebagai mitos dalam bisnis (George,
1999). Karena itu, etika bisnis harus menjadi dasar bagi perilaku pelaku
bisnis, meskipun perlu dilakukan upaya sistematis seperti menyusun kode etik
perusahaan, untuk meningkatkan kredibilitas dan menunjukan tanggung jawab
sosialnya.
Etika
Perilaku Produsen
Produsen
wajib mengembangkan tanggung jawab bisnis berupa penyediaan produk yang aman
bagi konsumen. Kewajiban ini juga dikenal dengan istilah product liability (Bertens, 2000). Karena itu transformasi tujuan
produksi berdasarkan norma perilaku sangat penting dilakukan dan menganggap
bahwa maksimalisasi laba bukan merupakan satu-satunya motif maupun motif utama
kegiatan produksi (Siddiqi, 1996). Motivasi dan etika perilaku produsen
sebaiknya didasarkan pada tujuan untuk memperhatikan kepentingan masyarakat, dengan
memproduksi kebutuhan dasar masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan
melakukan efisiensi produksi agar tersedia barang-barang kebutuhan utama dengan
harga terjangkau.
Secara
filosofi, aktivitas produksi (Muhammad, 2013), meliputi :
1. Produk apa
yang dibuat
2. Berapa kuantitas
produk yang dibuat
3. Mengapa produk
tersebut dibuat
4. Dimana produk
tersebut dibuat
5. Kapan produk
dibuat
6. Siapa yang
membuat
7. Bagaimana memproduksinya
Aktivitas produksi harus memiliki kejelasan terhadap ketujuh hal tersebut
dan memperhatikan etika produksi sebagai pedoman dalam menjawab ketujuh
aktivitas tersebut. Misalnya, tempat produksi, apakah sudah memiliki perizinan
sesuai norma hukum yang mengatur, apakah proses produksi sudah sesuai dangan
standar yang berlaku.
Hal lain yang tidak kalah penting bagi produsen dalam berperilaku bisnis,
hendaknya melakukan pemanfaatan teknologi secara bijaksana, meemegang teguh
etika sehingga mampu menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat
dalam situasi perkembangan dan pergeseran selera konsumennya. Hal ini penting
agar produsen terhindar dari perilaku negatif.
Etika Perilaku
Suplier
Pembahasan
SCM dianggap penting dalam membahas tentang etika perilaku pemasok karenaSCM
merupakan konsep ideal penanganan bahan baku serta profesionalitas hubungan
antar pemasok dan produsen. Semakin baik SCM, biasanya para pihak yang
terhubung merupakan pihak yang teguh dalam memegang komitmen bisnis. Adapun komponen
dari supply chain management terdiri
dari (Turban, 2014)
1. Upstream Supply Chain
Meliputi aktivitas
dari suatu perusahaan manufaktur dengan penyaluran serta hubungan mereka kepada
para penyalur.
2. Internal Supply Chain
Meliputi semua
proses in-house yang digunakan dalam
mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu.
3. Downstream Supply Chain
Meliputi semua
aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir.
Tujuan penerapan
supply chain sebagai bentuk komitmen
profesionalitas dari pelaku bisnis agar bisa memenangkan persaingan adalah bisa
menyediakan produk dengan kriteria murah, berkualitas, tepat waktu, dan
bervariasi (Pujawan, 2005).
Tarigan
(2009) menyatakan bahwa setiap penerimaan pasokan mempunyai standar etis yang
wajib dipatuhi oleh para pemasok, di antaranya:
1.
Penghormatan terhadap HAM
2.
Menghindari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
3.
Mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4.
Mengutamakan keamanan dan keselamatan, memiliki
standar auditor terhadap barang dan sumber daya
5.
Menjaga rahasia dan menghormati Hak Kekayaan Intelektual
6.
Menjaga kualitas barang
Etika Perilaku
Investor dan Pemegang Saham
Sebagai salah satu bentuk
representasi investasi etis, perusahaan yang termasuk kedalam index JIII
sebenarnya tidak secara eksklusif merupakan perusahaan yang berbentuk syariah,
namun memenuhi kriteria yang disyaratkan. Syarat-syarat tersebut dianggap merupakan
representasi etis karena sesuai dengan teori etika religius, etika yang
bersumber dari ajaran agama merupakan salah satu bentuk kebenaran mutlak karena
bersumber langsung dari Tuhan.
Etika Perilaku
Pemilik Perusahaan
Salah
satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh pemilik perusahaan adalah etika
terhadap karyawan. Adapun tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan (Ronald
J. Ebert, 2006) :
1. Komitmen hukum
dan sosial
Perilaku tanggung
jawab secara sosial terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial.
2. Komitmen etis
Menghargai karyawan sebagai manusia
juga berarti menghargai perilaku mereka sebagai individu yang bertanggungjawab
secara etis.
Etika Perilaku
Karyawan
Perilaku etis dapat menentukan
karyawan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diperoleh dari luar yang
kemudian menjadi prinsip yang dijalani dalam bentuk perilaku. Faktor-faktor
tersebut adalah :
1. Pengaruh budaya
organisasi
Budaya organisasi
merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi itu dari organisasi lain.
2. Kondisi politik
Kondisi politik
merupakan rangkaian atas atau prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Perekonomian
global
Perekonomian
global merupakan kajian tentang pengurusan sumber daya material individu,
masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Sebagian besar
perusahaan memiliki kode etik untuk mendorong para karyawan berperilaku secara
etis. Namun, kode etik saja belum cukup sehingga pihak pemilik dan manajer
perusahaan harus menetapkan standar etika yang tinggi agar tercipta lingkungan
pengendalian yang efektif dan efisien. Pendekatan paling umum untuk membentuk
komitmen manajemen puncak terhadap praktik bisnis yang etis, (Ronald J. Ebert,
2006) adalah :
1.
Menerapkan kode etik tertulis
Banyak perusahaan menuliskan kode etik tertulis yang
secara formal menyatakan keinginan mereka melakukan bisnis dengan perilaku yang
etis.
2.
Memberlakukan progam etika
Tanggapan etis dapat dipelajari berdasarkan
pengalaman.
Sumber :
Anoraga,Panji. 2011. PENGANTAR BISNIS
Pengelolaan dalam Era Globalisasi. Jakarta : Rineka
Ardiansyah, Panji. 2017. ETIKA BISNIS
Bagaimana Membangun Bisnis yang Beretika. Yogyakarta : Quadrant
Drs. Danang Sunyoto, S.H., S.E.,M.M dan Wika Harisa Putri,
S.E.,S.H.,M.Sc.,M.E.I. 2016. Etika
Bisnis. Yogyakarta : GAPS
Fahmi, Irham. 2013. ETIKA BISNIS Teori, Kasus, dan Solusi. Cetakan Kedua. ALFABETA, cv
No comments:
Post a Comment